Sabtu, 22 September 2018

Makalah Akuntansi Internasional

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Selama ini fenomena penurunan nilai aktiva diabaikan oleh historical cost accounting yang beranggapan bahwa nilai aktiva akan selalu dicatat menurut harga peolehan, tanpa ada pembiasaan akhir penurunan nilai aktiva. Akibatnya, banyak nilai aktiva yang disajikan pada neraca tidak mencerminkan nilai sebenarnya. Pengabaian tersebut, bahwasanya juga terjadi lantaran keengganan administrasi melaksanakan penurunan nilai aktiva, lantaran akan mengurangi keuntungan dan nilai aktiva. Hal ini kemudian disadari oleh para penyusun standar akuntansi keuangan sehingga muncullah “Akuntansi  Penurunan Nilai Aktiva”.
Fair Value vs Historical Cost
                Banyak forum penyusun standar akuntansi keuangan sudah melaksanakan terobosan dengan merubah paradigma akuntansi keuangan dengan mulai meninggalakan perilaku “terlalu setia” terhadap historical cost atau perilaku yang menganggap tidaka ada basis pengukuran yang lain yang sanggup dihalalkan kecuali historical cost. Penggunaan nilai masuk akal atau fair vaue kini dianggap sebagai suatu solusi yang menjanjikan guna memenuhi kebutuhan akan info keuangan yang relevan.
Akuntansi Penurunan Nilai Aktiva
Secara teoritis, penurunan nilai aktiva dilakukan dengan membandingkan antara nilai yang sanggup diperoleh kembali dengan nilai buku suatu aktiva yang digolongkan dalam suatu unit penghasil kas (untuk seterusnya akan disingkat dengan UPK) atau sekelompok UPK. Jika nilai yang sanggup diperoleh kembali lebih rendah dari harga perolehan aktiva, maka selisih lebi kecil tersebut diakui sebagai “rugi penurunan nilai aktiva”, dan bila nilai yang sanggup diperoleh kembali lebih tinggi dari nilai buku aktiva, maka penurunan nilai aktiva dianggap tidak terjadi.



BAB II
PEMBAHASAN

AKUNTANSI INTERNASIONAL UNTUK GOODWILL
DAN AKTIVA TIDAK BERWUJUD


11. Aktiva Tidak Berwujud
Aktiva tidak berwujud yaitu hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari kepemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak mempunyai wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan Aktiva tidak berwujud bisa berupa kontrak, lisensi, atau dokumen lain. Aktiva tidak berwujud mungkin timbul dari :
1.      Pemerintah, contohnya hak paten, hak cipta, brand dagang, dan nama dagang.
2.      Perusahaan lain, contohnya pembelian yang mencakup beberapa aspek pembayaran untuk goodwill.
3.      Perjanjian tertentu, contohnya franchaise dan lease.

1.2. Goodwill
Goodwill ialah salah satu aset tak berwujud yang timbul sebagai akhir dari merger dan akuisisi. Goodwill yaitu kelebihan harga beli untuk sebuah perusahaan di atas fair value dari keseluruhan aset membersihkan yang diperoleh perusahaan penawar. Beberapa konsep wacana goodwill:
1.      Goodwill bukanlah sebuah aset yang independen menyerupai kas ataupun barang dagangan yang sanggup dijual ataupun dipertukarkan.
2.      Goodwill spesialuntuk sebuah penilaian dari aset-aset yang undervalued ataupun yang tidak tercatat.
3.      Goodwill bukanlah aset yang berdiri sendiri namun spesialuntuk ada di dalam kombinasi bersamaassetlainnya
Goodwill spesialuntuk akan timbul bila metode yang dipakai yaitu metode purchase, dan tidak akan terjadi bila metode akuntansi yang dipakai yaitu pooling of interest.

1.3. Brands, brand dagang, paten, dan aktiva tak berwujud lainnya
Kapitalisasi dari nama brand menjadi duduk kasus khususnya di negara yang pendekatan pada praktek akuntansinya lebih fleksible dan perlakuan terhadap goodwill sudah mempengaruhi baik pendapatan maupun modal. Alasan utama untuk mengkapitalisasi brand yaitu akhir perdebatan terhadap goodwill, khususnya praktek peniadaan segera, yang mempunyai konsekuensi menghapuskan dana pemegang saham. Masalah akuntansi untuk brand, brand dagang, paten, lisensi dan lain-lain belum mempunyai perlakuan standar Akuntansi Internasional walaupun IASC kini sedang mengembangkannya.

1.4. Riset dan Pengembangan
Timbul lantaran adanya keinginan yang tak pernah terpuaskan dan adanya pertumbuhan info teknologi yang cepat. Perusahaan multinasional memainkan tugas utama dalam perkembangan riset dan pengembangan ini. Riset yaitu penyelidikan asli dan direncanakan akan dijalankan dengan kemungkinan memperoleh ilmu gres atau pemahanan teknis. Dan pengembangan yaitu terjemahan dari penelitian temuan atau pengetahuan lain ke dalam planning atau rancangan untuk menghasilkan material, alat, produk, proses, sistem atau jasa yang gres atau yang dikembangkan secara substansial. Persoalan utama dalam menghitung acara ini yaitu apakah biaya tersebut memenuhi kriteria untuk diakui sebagai aset atau sebagai biaya pada ketika terjadi. Karena tidak ada kepastian bahwa keuntungan ekonomi dari acara riset dan pengembangan di masa yang akan hadir, maka dalam keadaan tersebut diperlakukan sebagai biaya pada periode di ketika terjadi


1.5 Aktiva Tetap Berwujud dan Tidak Berwujud

Penurunan niali aktiva selain aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud tidak mengacu kepada IAS 36 lantaran sudah diatur dengan standar akuntansi keuangan tersendiri menyerupai aktiva investasi pada instrument keuangan (IAS 39), persediaan (IAS 2), Investasi pada perusahaan asosiasi (IAS 28), aktiva pajak tangguhan (IAS 12), aktiva acara pendanaan imbalan kerja (IAS 19), dan lain-lain.

Pengelompokkan aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud didasarkan pada sifat fisik aktiva tersebut. Aktiva tetap berwujud yaitu aktiva yan mempunyai wujud fisik yang dimaksudkan bukan untuk dijual melainkan untuk dipakai menunjang acara operasional perusahaan. Aktiva tetap tidak berwujud yaitu aktiva yang tidak memeiliki wujud fisik yang dipakai untuk menunjang operasi perusahaan.

a.Aktiva Tetap Berwujud

Aktiva tetap berwujud sanggup dikelompokkan menjadi aktiva tetap yang dibebankan dengan depresiasi dan deplesi serta aktiva tetap berwujud lain-lain. Akuntansi aktiva tetap berwujud diatur dengan standar akuntansi keuangan tersendiri, yaitu IAS 16 perihal, ‘Property, Plant and Equipment’ yang mengatur perlakuan akuntansi keuangan atas tanah, bangunan dan peralatan. Standar tersebut diberlakukan efektif semenjak tanggal 1 Januari 2005 oleh IASB.

Pengakuan
Berdasarkan IAS 16 paragraf 7, suatu aktiva tetap berwujud diakui apabila memenuhi dua syarat sebagai diberikut:

·         Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi di masa yang akan dating yang terkait dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan
·         Biaya perolehan sanggup diukur secara andal




Secara garis besar, biaya-biaya yang terkait dengan aktiva berwujud dikelompokkan ke dalam 3 jenis biaya, yaitu:
·         Biaya penempatan aktiva atau biaya yang dikeluarkan untuk menempatkan aktiva sampai aktiva tersebut sanggup dipakai atau biasa disebut dengan initial cost
·         Biaya yang terkait dengan pengoperasian aktiva, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan aktiva tersebut
·         Biaya yang terkait dengan penghentian aktiva atau termination cost.

1. Penilaian
IAS 16 tetapkan dua alternative pendekatan yang sanggup dipakai untuk menilai aktiva tetap berwujud. Kedua alternative tersebut yaitu historical cost dan revaluation model. Salah satu dari kedua pendekatan tersebut harus dipilih dan diterapkan secara konsisten. Berbeda dengan revaluasi aktiva tetap yang diputuskan dalam PSAK No. 16, revaluasi yang diperbolehkan IAS 16 yaitu konsekuensi diadopsinya revaluation model sebagai alternative penilaian aktiva tetap. Revaluasi yang dimaksud dalam IAS 16 tidak spesialuntuk revaluasi yang menimbulkan kenaikan niali aktiva tetap (surplus), tetapi juga revaluasi yang menimbulkan penurunan nilai aktiva tetap (kerugian).

b.Aktiva Tetap Tidak Berwujud

                Berdasarkan IAS 38 yang sudah direvisi pada tahun 2004, aktiva tetap tidak berwujud yaitu aktiva non-moneter yang sanggup diidentifikasi yang tidak mempunyai wujud fisik.

IAS 38 paragraf 11-17 sebut ada 3 kriteria utama yang harus dipenuhi sehingga suatu aktiva tetap sanggup dikatakan aktiva tetap tidak berwujud yaitu identifiability, control, dan economic benefit.

Aktiva tetap tidak berwujud juga dinilai dengan memakai dua pendekatan, yaitu metode harga perolehan dan revaluasi. Perlakuan akuntansi pada ketika dilakukan revaluasi juga sama dengan aktiva berwujud, dan selisih akhir revaluasi akan dicatat sebagai pecahan dari ekuitas.

Pengakuan
Suatu aktiva tetap tida berwujud diakui apabila memenuhi dua syarat sebagai diberikut:
·         Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi di masa yang akan dating yang terkait dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan
·         Biaya perolehan sanggup diukur secara andal

Goodwill yang diciptakan secara internal dihentikan diaku sebagai aktiva lantaran tida memenuhi sifat identifiability. Terdapat dua hambatan umum yang harus diperhatikan untuk mengakui aktiva tetap tidak berwujud yang diciptakan sendiri yaitu:

·         Identifikasi atas ada tidaknya aktiva tidak berwujud yang akan menghasilkan manfaat ekonomi pada masa yang akan dating sangat susah dilakukan.
·         Menentukan besarnya biaya perolehan secara hebat sangat susah dilakukan.

1.Penilaian
IAS 38 juga tetapkan dua alternative pendekatan yang sanggup dipakai dalam mebukukan aktiva tetap tidak berwujud, yaitu historical cost dan revaluatian model yang harus diterapkan secara konsisten.


1.6 Indikasi Penurunan dan Pemulihan Nilai Aktiva Indikasi Penurunan Nilai Aktiva

Penurunan nilai aktiva sanggup diidentifikasi menurut info yang diperoleh yang dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu info eksternal dan internal. Informasi eksternal yaitu:


·         Nilai pasar aktiva turun secara signifikan melebihi amortisasi atau depresiasi
·         Adanya perubahan teknologi, pasar, ekonomi dan aturan yang memburk yang menimbulkan menurunnya nilai aktiva
·         Adanya peningkatan tariff diskonto dan tingkat kembalian investasi yang meningkat yang berakibat pada turunnya nilai aktiva
·         Nilai tercatat dari suatu aktiva lebih tinggi dari nilai kapitalisasi pasarnya
·          
Informasi internal yaitu:

·         Terdapat keusangan fisik
·         Adanya perubahan yang signifikan yang merugikan sehubungan dnegan cara penerapan aktiva
·         Kinerja ekonomi aktiva tidak sesuai harapan
Secara umum, penurunan nilai aktiva sanggup disebabkan oleh adanya mismanagement, penemuan dan teknologi gres perusahaan pesaing, kemampuan sumber daya insan yang merosot, kondisi pasar yang tidak memihak, adanya perubahan regulasi dan hokum yang tekait dengan penerapan aktiva dan mark-up yang pernah dilakukan pada ketika oerolehan aktiva.

a. Indikasi Pemulihan Nilai Aktiva
Informasi eksternal terdiri dari:

·         Nilai pasar aktiva naik secara signifikan selama periode pelaporan
·         Adanya perubahan signifikan dengan imbas yang menguntungkan
·         Adanya penurunan tingkat suku bungan pasar atau tingkat kembalian investasi pasar selama periode pelaporan

Informasi internal terdiri dari:

·         Adanya perubahan signifikan dengan imbas yang menguntungkan dari penerapan aktiva pada perusahaan selama periode pelaporan atau pada masa yang akan dating
·         Adanya bukti yang berasal dari pelaporan internal yang mengindikasikan kinerja ekonomi aktiva akan lebih baik dari yang diharapkan


1.7 Unit Penghasil Kas, Goodwill Dan Corporate Assets
Identifikasi Unit Penghasil Kas
Dalam bahasa bisnis, UPK dikenal juga dengan istilah “unit bisnis” atau “divisi bisnis”. Dalam kasus penggabungan usaha, setiap aktiva yang berasal dari perusahaan yang diakuisisi (acquiree) harus dialokasikan ke dalam UPK atau sekelompok UPK yang ada pada perusahaan pengakuisisi (acquirer).

Penentuan Unit Penghasil Kas
1. Alokasi corporate assets
Corporate assets yaitu aktiva kelompok atau divisi yang tidak menghasilkan kas secara mandiri. Namun , dalam suatu entitas terkadang ditemukan corporate assets yang tidak sanggup menghasilkan kas secara mandir.

2. Alokasi goodwill
Ada dua pandangan yang sampai ketika ini mempengaruhi konsep legalisasi goodwill yaitu ‘penciptaan keuntungan lebih besar’ dan ‘aktiva tersembunyi’. Goodwill yaitu selisih antara harga perolehan suatu penggabungan perjuangan dengan nilai masuk akal aktiva, kewajiban dan kewajiban kontijensi atau aktiva membersihkan suatu perusahaan yang diakuisisi (acquiree). Goodwill ini biasa disebut juga dengan goodwill positif. Namun perlu diketahui, ada kalanya harga perolehan suatu penggabungan perjuangan lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai masuk akal aktiva membersihkan suaru perusahaan yang diakuisisi (acquiree) atau biasa juga disebut goodwill negative. Namun tidak sama dengan goodwill positif, IASB tidak mengatur secara terang apakah goodwill negative juga harus dialokasikan pada UPK atau sekelompok UPK yang menerima imbas anti-sinergis dari suatu proses penggabungan usaha.

1.8 Pengujian Penurunan Nilai Aktiva

Untuk memastikan apakah sudah terjadi penurunan nilai aktiva atau tidak, administrasi harus terlebih lampau melaksanakan pengujian atas UPK-UPK yang ada pada suatu entitas bisnis. Pengujian harus dilakukan secara netral dan adil atas UPK dan goodwill yang terkait dnegannya sehingga bebas dari salah saji yang material.

Pengujian sebaiknya dilakukan oleh administrasi perusahaan sebagai pihak yang paling mengetahui kondisi perusahaan. Manajemen juga sanggup melaksanakan pengujian menurut rekomendasi auditor eksternal.

a. Kapan pengujian dilakukan?

Berdasarkan IAS 36 paragraf 96, pengujian atas UPK dimana suatu goodwill dialokasikan, sanggup dilakukan setiap waktu dalam satu periode akuntansi. Pengujian dilakukan secara berjenjang dengan mengacu kepada teladan alokasi goodwill. Sama halnya dengan IAS 36, SFAS 144 pada paragraph 8 menegaskan bahwa apabila terdapat indikasi adanya penurunan nilai aktiva tetap, maka pengujian penurunan aktiva tetap harus segera dilakukan.

b. Prosedur Pengujian Penurunan Nilai Aktiva

                Secara garis besar, keseluruhan proses pengujian sampai legalisasi rugi penurunan nilai aktiva dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah  sebagaimanan diputuskan dalam IAS 36:

Apabila terdapat corporate assets, administrasi perusahaan harus terlebih lampau mengalokasikan corporate assets ke dalam UPK atau sekelompok UPK yang terkait IAS 36 paragraf 102-103 menngatur hal-hal yang harus dperhatikan dalam menguji penurunan nilai suatu UPK secara rinci, dengan keberadaan corporate assets:

1.9 Pengakuan Rugi Penurunan Nilai Aktiva

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan legalisasi terhadap rugi penurunan nilai aktiva, menyerupai penentuan recoverable value, value in use, nilai masuk akal dan alokasi rugi penurunan nilai aktiva.

a. Recoverable Value
Recoverable value yaitu nilai tertinggi antara value in use dan nilai masuk akal suatu aktiva. Yangdimaksud dengan nilai masuk akal disini yaitu nilai masuk akal yang menurut harga pasar yang aktif dikurangi biaya jual. Sedangkan value in use yaitu nilai kini taksiran arus kas yang diperlukan dari penerapan ataupun pelepasan suatu aktiva.

IAS 36 menandakan bahwa suatu perusahaan akan tetapkan menjual aktivanya apabila ditemukan harga jualnya lebih tinggi dari kas yang dihasilkannya. Hal-hal yang harus diperhatikan yaitu nilai masuk akal dan value in use.

Alokasi Penurunan Nilai Aktiva

                Sebelum IAS no. 36 diberlakukan, pernah diusulkan dalam draft IAS 36 biar alokasi penurunan nilai dilakukan dengan urutan sebagai diberikut:

1.      Goodwill
2.      Aktiva tetap tidak berwujud dimana tidak terdapat pasar yang aktif
3.      Aktiva yang nilai jual membersihkan lebih rendah ketimbang nilai tercatat
4.      Aktiva lainnya dalam suatu UPK secara pro rata dengan basis nilai tercatat
Goodwill menjadi prioritas utama dalam penurunan nilai aktiva lantaran penurunan nilai aktiva harus lebih diutamakan terhadap aktiva yang mempunyai nilai-nilai yang paling subjektif.

2.0 Pemulihan Penurunan Nilai Aktiva

Berdasarkan IAS 36, pemulihan penurunan nilai aktiva dikenal dengan istilah ‘reversal’. IAS 36 tetapkan ketentuan yang terpisah atas pemulihan nilai aktiva secara individual, kelompok UPK dan goodwill.

1. Pengakuan
Pemulihan nilai aktiva akan diakui sebagai pecahan ekuitas atau sebagai penambah surplus revaluasi apabila aktiva yang sudah diturunkan nilainya pernah direvaluasi lantaran memakai revaluation model, dan saldo surplus revaluasi yang berasal dari revaluasi tahun-tahun sebelumnya belum habis. Apabila suatu aktiva pernah diturunkan nilainya dimana saldo surplus revaluasi  sudah habis, maka suatu pemulihan aktiva akan diakui sebagai keuntungan sampai niali aktiva dipulihkan sebesar nilai tercatat yang tidak memperhitungkan revaluasi.

Apabila aktiva dikelompokkan ke dalam UPK, maka pemulihan aktiva harus dialokasikan dengan cara pro rata menurut nilai tercatat aktiva-aktiva tersebut kecuali goodwill. IAS 36 paragraf 124 sebut bahwa kerugian yang timbul sebagai akhir penurunan nilai goodwill tidak sanggup dipulihkan nilainya atau tidak sanggup mengalami reversal pada periode-periode diberikutnya.

Pada ketika exposure draft IAS 36 dikeluarkan, hamper tiruana responden beropini bahwa pemulihan nilai goodwill yaitu sesuatu yang tidak sanggup diterima.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
·         Aktiva tidak berwujud yaitu hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari kepemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak mempunyai wujud fisik tertentu.
·         Goodwill ialah salah satu aset tak berwujud yang timbul sebagai akhir dari merger dan akuisisi. Goodwill yaitu kelebihan harga beli untuk sebuah perusahaan di atas fair value dari keseluruhan aset membersihkan yang diperoleh perusahaan penawar
·         Aktiva tetap berwujud sanggup dikelompokkan menjadi aktiva tetap yang dibebankan dengan depresiasi dan deplesi serta aktiva tetap berwujud lain-lain.
·         Dalam bahasa bisnis, UPK dikenal juga dengan istilah “unit bisnis” atau “divisi bisnis”. Dalam kasus penggabungan usaha, setiap aktiva yang berasal dari perusahaan yang diakuisisi (acquiree) harus dialokasikan ke dalam UPK atau sekelompok UPK yang ada pada perusahaan pengakuisisi (acquirer).
·         Corporate assets yaitu aktiva kelompok atau divisi yang tidak menghasilkan kas secara mandiri. Namun , dalam suatu entitas terkadang ditemukan corporate assets yang tidak sanggup menghasilkan kas secara mandir.
A.     Saran
dalam pembahasan materi di atas terkena akuntansi internasional untuk goodwill dan aktiva tidak berwujud mngkin masih banyak belum sempurnanya, baik di segi penulisan ataupun di dari penyusunan kalimat dan kata-katamya,oleh sebap itu kami selaku penulis minta maaf sebesar-besarnya kepada dosen dan mahasiswa tiruana, sebagai penyempurna kami mengharap Koreksi dan masukan yang konkret dari kawan-kawan tiruana.

Selengkapnya Klik: DOWNLOAD

Artikel Terkait

Makalah Akuntansi Internasional
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email