Sabtu, 29 September 2018

Makalah Sosial Antropologi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Manusia dan kehidupannya selalu menarikdanunik untuk kita kaji. Hal itu disebabkan objek kajiannya yaitu diri kita sendiri maupun orang-orang disekitar kita. Ilmu yang mengkaji problem kehidupan insan salah satunya antropologi/sosiologi.
Antropologi yaitu salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari ihwal budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berpertama dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, moral istiadat, budaya yang tidak sama dari apa yang dikenal di Eropa.Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang ialah masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal tempat yang sama.
Sosiologi yaitu salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari ihwal hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, memseriuskan kajiannya pada tugas dan kedudukan individu dalam masyarakat serta korelasi diantara keduanya. Antropologi menyerupai mirip sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Antropologi/Sosiologi
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti ilmu.Antropologi mempelajari insan sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.Antropologi yaitu salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari ihwal budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berpertama dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, moral istiadat, budaya yang tidak sama dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang ialah masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal tempat yang sama, antropologi menyerupai mirip sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu “socius” dan “logos”. Socius berarti kawan, kawan, dan masyarakat. Logos berarti ilmu pengetahuan atau pikiran. Para ahi mendefenisikan sosiologi sebagai diberikut:

1.      Emile Durkheim
Sosiologi yaitu ilmu yang mempelajari fakta sosial.
2.      Soerjono Soekanto
Sosiologi yaitu ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum masyarakat.
3.      Paul B.Horton
Sosiologi yaitu ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.

B.     Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat menghipnotis kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut terjadi pada banyak sekali bidang kehidupan, tingkah laris termasuk pola hidup anggota masyarakatnya. Pengaruh perubahan sosial budaya tersebut menyebar dengan cepat ke banyak sekali masyarakat. Walaupun demikian, tidak tiruana perubahan tersebut sanggup diterima oleh tiruana masyarakat. Karena ada efek perubahan sosial budaya yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif.

a.      Respon Masyarakat terhadap Perubahan sosial Budaya
Penerimaan masyarakat terhadap perubahan sosial budaya tidak sama-beda sesuai dengan kondisi masyarakatnya dan bentuk perubahannya. Perubahan yang menyangkut nilai dan norma yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang sudah usang dianut masyarakat akan menumbulkan gejolak dalam masyarakat untuk menolaknya melalui banyak sekali cara, menyerupai demonstrasi, mengadu ke forum non pemerintah dan pemerintah.
Ada masyarakat yang praktis mendapatkan perubahan sosial budaya, namun ada pula masyarakat yang susah menerimanya. Masyarakat yang susah mendapatkan perubahan biasanya yaitu pada masyarakat tradisional, yang mempunyai ciri-ciri sebagai diberikut :
a.       Bersifat sederhana
b.      Memiliki daya guna dan produktifitas rendah
c.       Bersifat tetap atau monoton
d.      Memiliki sifat irasional, yaitu tidak berdasarkan pikiran yang rasional ( masuk nalar ) dalam hal tertentu
e.       Cenderung meragukan budaya ajaib yang akan masuk ke dalam masyarakat tersebut
Sedangkan masyarakat modern lebih praktis mendapatkan perubahan sosial budaya lantaran mempunyai ciri-ciri sebagai diberikut :

a.       Bersifat dinamis atau selalu berubah mengikuti perkembangan zaman
b.      Berdasarkan nalar pikiran dan berbagi sikap efisiensi dan efektivitas
c.       Tidak terlalu terikat pada kebiasaan atau tradisi masyarakat
      Perubahan sosial budaya praktis atau sanggup diterima masyarakat yaitu jikalau :
a.       Unsur kebudayaan tersebut membawa manfaat yang besar bagi kehidupan
b.      Peralatan yang praktis digunakan dan mempunyai manfaat bagi kehidupan
c.       Unsur kebudayaan yang praktis menyesuaikan dengan unsur kebudayaan yang sudah ada dalam masyarakat.
      Sedangkan perubahan sosial budaya susah diterima masyarakat yaitu jikalau :
a.       Unsur kebudayaan yang menyangkut kepercayaan, contohnya idiologi dan falsafah hidup
b.      Unsur kebudayaan yang dipelajari  pada taraf pertama proses sosialisasi yaitu nilai dan norma
b.      Dampak Perubahan Sosial Budaya pada Masyarakat
Perubahan sosial budaya dalam masyarakat menimbulkan terjadinya perubahan sikap masyarakat. Perubahan sosial budaya tersebut membawa dampak positif dan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat.
1.      Dampak Positif Perubahan Sosial Budaya
Dampak positif perubahan sosial budaya yaitu perubahan yang membawa dampak menguntungkan atau mempersembahkan kebaikan bagi kehidupan masyarakat, antara lain :
a.      Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa mendorong masyarakat hidup lebih maju, lantaran dengan ilmu dan teknologi tersebut megampangkan insan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga kehidupannya akan lebih baik.
b.      Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Perubahan sosial budaya membawa perubahan pada tata nilai dan sikap masyarakat. Tata nilai dan sikap yang cenderung berubah yaitu dari pola pikir irasional ( tradisional ) menjadi rasional ( modern ). Misalnya doloe masyarakat berpandangan banyak anak banyak rejeki, kini pandangan tersebut sudah berubah.
c.       Meningkatnya kehidupan ke yang lebih baik
Perubahan sosial budaya sanggup meningkatkan kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik, mencakup peningkatan pendapatan, kesehatan, pendidikan dan lain-lain.
2.      Dampak Negatif Perubahan Sosial Budaya
Dampak negatif perubahan sosial budaya yaitu perubahan yang membawa dampak merugikan atau mengganggu kehidupan masyarakat, antara lain :
a.      Pola hidup konsumtif
Pola hidup konsumtif ialah pola hidup yang boros lantaran suka membelanjakan uang untuk membeli barang-barang yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Sikap ini semakin berkembang lantaran media periklanan baik cetak maupun elektronik yang mendorong mendorong masyarakat melaksanakan tindakan konsumtif.
b.      Sikap Individualistik
Sikap individualistik yaitu sikap yang mementingkan dirinya sendiri. Sikap ini terjadi lantaran persaingan hidup yang semakin keras dan berat sehingga membuat insan makin tidak peduli dengan insan yang lain, mereka spesialuntuk mementingkan kehidupannya sendiri. Sikap tampak kasatmata pada masyarakat perkotaan.
c.       Munculnya kesentidakboleh sosial
Kesentidakboleh sosial ini terjadi lantaran masyarakat yang lebih bisa atau kaya akan mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih baik, sehingga menimbulkan kesentidakboleh sosial yaitu adanya jurang pemisah antara si kaya dengan si miskin yang semakin jauh.
d.      Sikap hidup kebarat-baratan
Sikap ini yaitu sikap yang menggandakan pola hidupnya orang barat yaitu orang Eropa dan Amerika tanpa mengindahkan budaya timur yang seharusnya diujnjung tinggi. Misalnya cara berpakaian dan bertingkah laris menyerupai orang Barat yang tidak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia.
e.       Disintegrasi Sosial ( ketidakserasian sosial atau masyarakat ), yaitu ketidakserasian antar anggota masyarakat yang terjadi lantaran adanya perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Disintegrasi tersebut sanggup dikelompokkan sebagai diberikut :
a. Berdasarkan pelakunya :
1.      Disintegrasi masyarakat, menyerupai kemiskinan, pengangguran, korupsi, perkelahian antar kampung, dan sebagainya.
2.      Disintegrasi keluarga, menyerupai perceraian, pertengkaran keluarga
3.      Disintegrasi perorangan, menyerupai kebadungan remaja, pelacuran, mabuk-mabukan, pencurian
b. Berdasarkan bentuknya :
1.      Mestizo Culture, yaitu percampuran unsur-unsur kebudayaan yang tidak sama-beda sehingga menimbulkan ketidakserasian sosial. Hal ini terjadi lantaran seseorang menggandakan suatu budaya tetapi spesialuntuk luarnya saja tanpa mengetahui makna yang sesungguhnya. Misalnya orang desa yang membeli alat modern lantaran efek iklan, dengan tujuan untuk meningkatkan statusnya dan dianggap orang modern. Sedangkan kegunaan alat itu orang tersebut kurang tahu dan bahwasanya tidak dibutuhkannya. Akibatnya orang ini merasa tidak puas lantaran tidak mendapat ratifikasi masyarakat sebagai orang modern.
2.      Anomie, yaitu keadaan dalam masyarakat yang tidak ada pegangan terhadap tindakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Anomie juga sanggup diartikan keadaan masyarakat yang tanpa norma atau nilai, yang terjadi lantaran norma atau yang dimilikinya sudah memudar atau luntur sedangkan norma atau nilai yang gres belum terbentuk, sehingga masyarakat bertindak tanpa hukum atau anutan yang menimbulkan menimbulkan ketidakserasian dalam masyarakat.
3.      Cultural Lag, yaitu ketertinggalan unsur-unsur budaya dalam masyarakat lantaran pertumbuhannya tidak sama, ada yang cepat dan ada yang lamban sehingga menimbulkan ketidakserasian sosial pada masyarakat. Misalnya perbedaan perkembangan teknologi antara masyarakat yang satu dengan lainnya.

C. Proses Perubahan Sosial Budaya
Dalam suatu proses modernisasi, suatu proses perubahan yang direncanakan, melibatkan tiruana kondisi atau nilai-nilai sosial dan kebudayaan secara integratif. Atas dasar ini, tiruana fihak, apakah tokoh ? Tokoh masyarakat, formal atau non-formal, anggota masyarakat lainnya, apakah dalam skala individual atau pun dalam skala kelompok, seyogianya memahami dan menyadari, bahwa, mabadunga salah satu aspek atau unsur sosial atau kebudayaan mengalami perubahan, maka unsur-unsur lainnya mesti menghadapi dan mengharmonisikan kondisinya dengan unsur-unsur lain yang sudah berubah terlebih doloe.
Oleh lantaran itu mesti memahami dan menyadari bahwa sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan ada yang berkualifikasi norma (norm) dan nilai (value). Di mana norma skala keberlakuannya tergantung pada aspek waktu, ruang (tempat, dan kelompok sosial yang bersangkutan; sedangkan nilai (value) skala keberlakuannya lebih universal. Dalam tatanan masyarakat yang maju atau modern, maka nilai-nilai sosial dan kultural yang bersifat universal mendominasi dan mengisi tiruana mosaik kehidupan masyarakat yang bersangkutan.

a.      Orientasi Perubahan
Yang dimaksudkan orientasi atau arah perubahan di sini mencakup beberapa orientasi, antara lain (1) perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur kehidupan sosial yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru, (3) suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang sudah eksis atau ada pada masa lampau. Tidaklah jarang suatu masyarakat atau bangsa yang selain berupaya mengadakan proses modernisasi pada banyak sekali bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi, pertahanan keamanan, dan bidang iptek; namun demikian, tidaklah luput perhatian masyarakat atau bangsa yang bersangkutan untuk berupaya menyelusuri, mengeksplorasi, dan menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai kepribadian atau jatidiri sebagai bangsa yang bermartabat.
Tidaklah jarang, bahwa tokoh-tokoh dan ungkapan-ungkapan yang bernuansa seni sastra pada masa lampau, baik suatu fenomena yang bernuansa imajinasi, yang ditampilkan oleh banyak sekali bentuk ceritera rakyat atau folklore. Semuanya lazim menyadarkan atau menampilkan nilai-nilai keteladanan, baik dalam aspek gagasan, aspek pengorganisasian dan acara sosial, maupun dalam aspek-aspek kebendaan. Aspek-aspek ini senantiasa dimuati oleh nilai-nilai kearifan dan kebijakan yang mempersembahkan contoh bagaimana orang mesti berfikir, berasa, berkarsa dan berkarya dalam upaya bertanggung tanggapan pada dirinya, pada sesamanya, dan pada lingkungannya, serta pada Sang Khalik Yang Maha Murbeng Alam ini. Nilai-nilai menyerupai inilah yang menjadi nuansa-nuansa dalam membagun kepribadian atau jatidiri sebagian besar masyarakat atau suatu kelompok bangsa dimanapun mereka berada.
Dalam memantapkan orientasi suatu proses perubahan, ada beberapa faktor yang mempersembahkan kekuatan pada gerak perubahan tersebut, yang antara lain yaitu sebagai diberikut, (1) suatu sikap, baik skala individu maupun skala kelompok, yang bisa menghargai karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala besar atau kecilnya produktivitas kerja itu sendiri, (2) adanya kemampuan untuk mentolerir adanya sejumlah penyimpangan dari bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas, alasannya yaitu pada hakekatnya salah satu pendorong perubahan adanya individu-individu yang menyimpang dari hal-hal yang rutin. Memang salah satu ciri yang hakiki dari makhluk yang disebut insan itu yaitu sebagai makhluk yang disebut homo deviant, makhluk yang suka menyimpang dari unsur-unsur rutinitas, (3) mengokohkan suatu kebiasaan atau sikap mental yang bisa mempersembahkan penghargaan (reward) kepada pihak lain (individual, kelompok) yang berprestasi dalam diberinovasi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan iptek, (4) adanya atau tersedianya akomodasi dan pelayanan pendidikan dan petes yang mempunyai spesifikasi dan kualifikasi progresif, demokratis, dan terbuka bagi tiruana fihak yang membutuhkannya.
Precedent dari suatu proses perubahan sosial tidak mesti diorientasikan pada warta kemajuan atau progress semata, alasannya yaitu tidaklah tidak mungkin bahwa proses perubahan sosial itu justru mengarah ke warta kemunduran atau kearah suatu regress, atau mungkin mengarah pada suatu degradasi pada sejumlah aspek atau nilai kehidupan dalam masyarakat yang bersangkutan. Suatu proses regresi atau kemunduran dan degradasi (luntur atau berkurangnya suatu derajat atau kualifikasi bentuk-bentuk atau niali-nilai dalam masyarakat), tidak spesialuntuk suatu arah atau orientasi perubahan secara linier, tetapi tidak jarang terjadi lantaran justru sebagai dampak sampingan dari keberhasilan suatu proses perubahan. Sebagai contoh perubahan aspek iptek, dari iptek yang bersahaja ke iptek yang modern (maju), mungkin menimbulkan kegoncangan-kegoncangan pada unsur-unsur atau nilai-nilai yang tengah berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, yang sering disebut sebagai culture-shock atau kejutan-kejutan budaya yang terjadi pada tatanan kehidupan suatu masyarakat yang tengah menghadapi banyak sekali perubahan.

b.      Modernisasi Sebagai Kasus Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Modernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau membuat nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka diperperihalkan dengan nilai-nilai tradisi. Modernisasi berasal dari kata modern (maju), modernity (modernitas), yang diartikan sebagai nilai-nilai yang keberlakuan dalam aspek ruang, waktu, dan kelompok sosialnya lebih luas atau universal, itulah spesifikasi nilai atau values. Sedangkan yang lazim diperperihalkan dengan konsep modern yaitu tradisi, yang berarti barang sesuatu yang diperoleh seseorang atau kelompok melalui proses pewarisan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi mencakup sejumlah norma (norms) yang keberlakuannya tergantung pada (depend on) ruang (tempat), waktu, dan kelompok (masyarakat) tertentu. Artinya keberlakuannya terbatas, tidak bersifat universal menyerupai yang berlaku bagi nilai-nilai atau values. Sebagai contoh atau kasus, seyogianya insan mengenakkan pakaian, ini ialah atau termasuk kualifikasi nilai (value). Semua fihak cenderung mengakui dan menganut nilai atau value ini. Namun, pakaian model apa yang harus dikenakan itu? Perkara model pakaian yang disukai, yang disenangi, yang biasa dikenakan, itulah yang menjadi urusan norma-norma yang dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, dan dari kelompok ke kelompok akan lebih cenderung berguaka ragam.

D.    Teori Perubahan Social Budaya
Menurut William F. Ogburn, perubahan sosial mencakup beberapa aspek unsur-unsur kebudayaan baik yang bersifat materiil maupun yang immaterial dengan menekankan efek yang besar dari unsur-unsur kebudayaan yang materiil terhadap unsur-unsur materiil, (Malihah, 101).
Kebudayaan materiil yaitu sumber utama kemajuan. Aspek kebudayaan non-materiil harus beradaptasi dengan perkembangan kebudayaan materiil, dan jurang pemisah antara keduanya akan menjadi problem sosial. Menurut Ogburn, teknologi yaitu prosedur yang mendorong perubahan, insan selamnaya berupaya memelihara dan meyesuaikan diri dengan alam yang senantiasa diperbaharui oleh teknologi, (Lauer, 1993: 224).

a.      Teori Materialis (Materialist Theory)
Ogburn memusatkan perhatian pada perkembangan teknologi dan ia menjadi populer lantaran berbagi wangsit terkena ketertinggalan budaya dan penyesuaian tak terelakkan dari faktor-faktor kebudayaan terhadap teknologi.
“Teori ketertingalan kebudayaan” ini melibatkan dua variable yang sudah menunjukkan penyeswuaian pada waktu tertentu. Tetapi lantaran penciptaan atau penemuan baru, salah satu variabel berubah lebih cepat daripada varuiabel lain. melaluiataubersamaini kata lain, bila laju perubahan bagian-bagian yang saling tergantung dari satu kebudayaan tidak sama, maka kita berhadapan dengan kondisi ketertinggalan kebudayaan, dan penyesuaian selanjutnya “kurang memuaskan” dengan tujuan yang dicapai mula-mula, (Lauer, 1993: 209).
Ketidakmampuan beradaptasi yang dikemukakan Ogburn ini berakibat bagi kualitas hidup manusia. Ia menyatakan ada dua jenis penyesuaian sosial. Pertama, penyesuaian antara banyak sekali serpihan kebudayaan. Kedua, enyesuaian antara kebudayaan dan manusia. Masalah penyesuaian insan terlihat dalam banyak sekali jenis ketegangan dan perampasan hak, kejahata, pelacuran, dan banyak sekali problem sosial lain yang ialah gejala ketidakmampuan beradaptasi dalam kehidupan sosial, (Lauer, 1993: 210).
Teori Materialis yang disampaikan oleh William F. Ogburn pada pada dasarnya mengemukakan bahwa:
1.      Penyebab dari perubahan yaitu adanya ketidakpuasan masyarakat lantaran kondisi sosial yang berlaku pada masa yang menghipnotis langsung mereka.
2.      Meskipun unsur-unsur sosial satu sama lain terdapat korelasi yang berkesinambungan, namun dalam perubahan ternyata masih ada sebagian yang mengalami perubahan tetapi sebagian yang lain masih dalam keadaan tetap (statis). Hal ini juga disebut dengan istilah cultural lag, ketertinggalan menjadikan kesentidakboleh antar unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan yang berubah lambat. Kesentidakboleh ini akan menimbulkan kejutan sosial pada masyarakat. Ketertinggalan budaya menggambarkan bagaimana beberapa unsur kebudayaan tertinggal di belakang perubahan yang bersumber pada penciptaan, penemuan dan difusi. Teknologi, berdasarkan Ogburn, berubah terlebih lampau, sedangkan kebudayaan berubah paling akhir. melaluiataubersamaini kata lain kita berusaha mengjar teknologi yang terus menerus berubah dengan mengadaptasi moral dan cara hidup kita untuk memenuhi kebutuhan teknologi. Teknologi menimbulkan terjadinya perubahan sosial cepat yang kini melanda dunia.
3.      Perubahan teknologi akan lebih cepat dibanding dengan perubahan pada perubahan budaya, pemikiran, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma yang menjadi alat untuk mengatur kehidupan manusia. Oleh lantaran itu, perubahan seringkali menghasilkan kejutan sosial yang yang apada gilirannya akan memunculkan pola-pola sikap baru, meskipun terjadi konflik dengan nilai-nilai tradisional.


BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
·         Antropologi yaitu salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari ihwal budaya masyarakat suatu etnis tertentu.
·         Sosiologi yaitu salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari ihwal hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, memseriuskan kajiannya pada tugas dan kedudukan individu dalam masyarakat serta korelasi diantara keduanya.
·         Perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat menghipnotis kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut terjadi pada banyak sekali bidang kehidupan, tingkah laris termasuk pola hidup anggota masyarakatnya.
·         Menurut William F. Ogburn, perubahan sosial mencakup beberapa aspek unsur-unsur kebudayaan baik yang bersifat materiil maupun yang immaterial dengan menekankan efek yang besar dari unsur-unsur kebudayaan yang materiil terhadap unsur-unsur materiil, (Malihah, 101).
·         Kebudayaan materiil yaitu sumber utama kemajuan. Aspek kebudayaan non-materiil harus beradaptasi dengan perkembangan kebudayaan materiil, dan jurang pemisah antara keduanya akan menjadi problem sosial.

B.       Saran
Makalah ini dibentuk untuk memdiberi motivasi pada pembaca biar pembaca sanggup lebih memahami ihwal social antropologi social dan budaya, Semoga makalah ini berguna, masukan dan Koreksinya saya harapkan dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Selengkapnya Klik: DOWNLOAD

Artikel Terkait

Makalah Sosial Antropologi
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email