Jumat, 28 September 2018

Drama: Persahabatan Teman Gres Dari Aceh

Ini yakni pagi yang cerah. Mita dan Doni, dua orang siswa kelas VII sedang asyik membaca-baca buku Biologi di koridor sekolah. Pasalnya nanti siang akan ada ulangan harian mata pelajaran tersebut. Kemudian hadir Anggi, sobat akrab mereka.

Anggi              : “Mit, Don, rajin sekali kalian berdua!”
Mita                 : “Iya dong, kiprah kita sebagai pelajar kan memang harus belajar.
   Hehehe…”
Anggi              : “Iya juga sih. Eh ngomong-ngomong kalian tahu tidak, ada anakdidik baru
   yang akan masuk ke kelas kita hari ini.”
Doni                : “Oh ya, siapa namanya? Lelaki atau perempuan?”
Anggi              : “Lelaki, tapi saya juga belum tahu siapa namanya dan ibarat apa
    rupanya.”
[Bel sekolah berbunyi]
Mita                 : “Eh ayo masuk kelas!”
[Ketiganya memasuki ruang kelas. Ibu guru masuk bersama seorang anakdidik baru.]
Ibu Guru         : “Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita kehadiran mitra gres dari
   Aceh, ia akan menjadi mitra sekelas kalian. Silakan perkenalkan
   dirimu, nak!”
Ridwan           : “Selamat pagi, kawan-kawan. Nama saya Muhammad Ridwan. Saya
    berasal dari Aceh.”
Mita [berbisik pada Anggi]: “Jauh sekali ya, dari Aceh pindah ke Bandung!”
[Anggi spesialuntuk mengangguk tanda setuju]
Ibu Guru         : “Ridwan, engkau duduk di belakang Doni ya [menunjuk sebuah meja
    kosong]. Untuk sementara engkau duduk sendiri lampau alasannya jumlah
   siswa di kelas ini ganjil.”
[Ridwan segera duduk di dingklik yang disediakan]
Ibu Guru         : “Ya baiklah, kini kita mulai pelajaran hari ini. Buka buku kalian di
    halaman 48….”
[Pelajaran pun dimulai]
Tiba saatnya jam istirahat. Ridwan, yang belum mempunyai kawan, membisu saja duduk di kursinya sambil menunduk. Rupanya belum ada yang mau mendekati Ridwan. Semua siswa di kelas itu masih sungkan dan spesialuntuk mau tersenyum saja padanya tanpa berani mengajak ngobrol lebih lanjut.
Doni                : “Psst, Mit, Nggi, coba lihat anak gres itu, sendirian saja ya!” [berbisik
    pada Mita dan Anggi ketika mereka gres kembali dari kantin]
Mita                 : “Ayo kita dekati saja.”
[Ketiganya menghampiri Ridwan]
Anggi              : “Hei, Ridwan. Kenalkan, saya Anggi, ini Ridwan dan Mita
[menunjuk kedua kawannya].”
[Ketiganya duduk di sekeliling Ridwan]
Ridwan           : “Hai, salam kenal.”
Doni                : “Kamu kok tidak jajan ke kantin?”
Ridwan           : “Aku… Aku bawa bekal kuliner [pelan sekali, sambil tertunduk].”
Mita                 : “Oh begitu, rajin sekali engkau, Wan!
[Keempat siswa ini mulai terlibat dialog enteng sehingga Ridwan merasa dikawani]
Saat jam pulang sekolah, Ibu Guru memanggil Anggi dan Doni yang hendak pulang ke rumah.
Ibu Guru         : “Anggi, Doni! Ke sini sebentar. Ibu mau menanyakan sesuatu.”
[Anggi dan Doni menghampiri Ibu Guru]
Doni                : “Ada apa, Bu?”
Ibu Guru         : “Itu, bagaimana sikap Ridwan di kelas? Apakah ia bisa membaur?”
Doni                : “Dia agak pendiam, Bu. Dan suka menunduk ketika berbicara.”
Anggi              : “Tadi di jam istirahat, kami berdua dan Mita berusaha mendekatinya.
    Kami mengobrol cukup lama, ia anak yang baik kok, spesialuntuk saja ia
    ibarat agak kurang percaya diri dan muram.”
Ibu Guru         : “Hmm… begitu ya. Anak-anak, Ridwan yakni salah satu korban
    selamat bencana tsunami Aceh beberapa bulan yang lalu. Kedua orang
    tuanya tewas terhempas ombak. Kini spesialuntuk tinggal ia dan adik
    perempuannya, Annisa. Annisa masih duduk di kelas 4 SD, di SD V
    kota kita ini.”
Anggi              : “Ya Tuhan, sungguh berat cobaan yang menimpanya…”
Ibu Guru         : “Iya. Untungnya, seorang pamannya tinggal di Bandung sehingga ia
    dan adiknya tinggal di sini. Mereka tergolong masyarakat prasejahtera,
    sehingga Ridwan benar-benar harus berhemat. Pamannya berkata pada
    Ibu tadi pagi, ia tak bisa memdiberi uang jajan yang cukup untuk
    Ridwan sehingga Ridwan harus bekal nasi setiap hari semoga tidak
    lapar  di sekolah.”
Doni                : “Oh pantas saja tadi jam istirahat ia tidak ke kantin.”
Ibu Guru         : “Ya sudah, Ibu cuma mau bilang begitu. Kalian berbaik-baiklah
    dengannya. Temani ia semoga tak merasa kesepian dan terus berduka.”
[Anggi dan Doni pamit kemudian pulang]
Di rumahnya, Doni terus menerus memikirkan mitra barunya, Ridwan. Akhirnya ia mendapat suatu ide. Dikabarkannya Anggi dan Mita melalui SMS. Keesokan harinya di jam istirahat….
Doni                : “Eh, kalian membawa apa yang saya bilang kemarin, kan?”
Mita                 : “Bawa dong. Ayo kita dekati Ridwan.”
Anggi              : “Ridwan, bolehkah kami bertiga makan bersamamu?”
Ridwan           : [kikuk dan kebingungan]“Eh, um.. boleh saja..”

Doni, Anggi, dan Mita mengeluarkan bekal kuliner mereka. Ketiganya juga membawa kuliner kuliner ringan untuk dimakan bersama-sama, tentu saja Ridwan juga kebagian. melaluiataubersamaini makan bersama setiap hari, mereka berharap bisa membuat Ridwan lebih ceria. Sesudah makan…
Ridwan           : “Terima kasih, kawan-kawan. Kalian sangat baik kepadaku.”
Mita                 : “Kamu ini bicara apa, sih? Kita kan kawan, masuk akal saja bila kita saling
    bersikap baik.”

Semenjak itu Ridwan menjadi semakin besar lengan berkuasa alasannya tunjangan kawan-kawan barunya. Siswa-siswa lain di kelas itu pun banyak yang bergabung membawa bekal untuk dimakan gotong royong pada jam istirahat. Suasana menjadi semakin sangat bahagia.

Selengkapnya Klik: DOWNLOAD

Artikel Terkait

Drama: Persahabatan Teman Gres Dari Aceh
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email